Setelah berjam-jam pendakian yang melelahkan, saya berhasil mencapai setengah dari perjalan saya ke puncak gunung – saat saya memandang kebawah, saya dapat melihat dasar lembah jauh di kaki gunung, saat saya memandang keatas, saya dapat melihat puncak gunung yang tertutup salju jauh di atas sana. Sementara saya memandang, apa yang mungkin saya pikirkan adalah satu dari dua hal: apakah, ‘Wow! Lihat sudah seberapa jauh aku mendaki!’ atau, ‘Aduh! Masih sangat jauh perjalanan ke puncak!’
Jika anda berada di posisi saya, yang mana yang akan anda pikirkan?
Jawaban atas pertanyaan di atas mungkin memiliki hubungan yang erat dengan mind-set anda atau apa yang anda percayai tentang diri anda sendiri. Dan bagaimana anda melihat kemampuan yang anda miliki akan mempengaruhi perilaku dan pikiran anda, dan pada akhirnya, tempat anda dan cara anda memandang dunia.
Umumnya, orang-orang memiliki satu dari dua tipe mind-set: fixed mind-set atau growth mind-set. Memiliki fixed mind-set berarti mempercayai bahwa hidup kita seluruhnya berada di luar kendali kita, kehidupan hanya terjadi begitu saja dan tidak ada yang dapat kita ubah. Memiliki growth mind-set berarti percaya bahwa kita memiliki kemampuan untuk menentukan bagaimana kita akan berpikir dan bertindak, dan dengan upaya dan strategi yang tepat, kita dapat menjalani hidup dengan cara yang membuat kita kuat dan bahagia.
Sayangnya, bagi kebanyakan orang, mengembangkan growth mind-set tidak terjadi begitu saja – hal ini tidak terjadi secara otomatis saat kita lahir, dan tentu saja tidak datang tanpa tantangan tersendiri. Nyatanya, kemampuan untuk menerima dan belajar dari tantangan adalah bagian penting dari mengembangkan growth mind-set! Tetap maju dihadapan tantangan, ketekunan, keteguhan, belajar dari kesalahan – semua ini dibutuhkan untuk memiliki growth mind-set.
Sebagai orang tua dan guru, kita tentu ingin mempengaruhi kehidupan anak/murid kita secara positif. Salah satu cara kita dapat melakukan ini adalah dengan secara aktif mendorong perkembangan growth mind-set dalam diri anak kita, atau dengan membantu mereka memiliki kepercayaan atas kemampuan mereka sendiri dan otak mereka.
Jadi, bagaimana kita dapat melakukan ini?
Pertama, ayo dengan aktif ajarkan anak kita apa itu growth mind-set – dan yang lebih penting, apa yang membedakannya dari fixed mind-set. Ajarkan mereka soal otak mereka dan bagaimana otak mereka bekerja – kita semua tahu bahwa otak kita, terutama kepandaian dan keterampilan kita, berkembang seiring waktu dan usaha, jadi ayo bantu anak kita memahami ini juga. Bantu anak kita sadar bahwa dengan latihan, kita akan menjadi lebih baik dalam banyak hal – suatu ketika, kita kesulitan mengikat tali sepatu sendiri, atau membaca sebuah kalimat, atau berenang sepanjang kolam – tetapi dengan latihan, dukungan, dan usaha, kita akhirnya ‘mendapat’ keterampilan tersebut.
Dukung anak kita saat mereka mencoba hal-hal baru – dorong mereka untuk tetap teguh di hadapan tantangan, dan nikmati usaha yang mereka butuhkan untuk menaklukan tantangan. Beberapa dari tantangan ini akan memberikan mereka kesuksesan, sementara beberapa yang lain akan gagal mereka taklukan – jadi dari pada melindungi anak kita dari kegagalan, bantu mereka untuk memahami bahwa kesalahan dan kegagalan dapat membantu otak mereka berkembang, dan sering saja kegagalan ini adalah batu loncatan untuk kesuksesan mereka di masa depan.
Ajarkan anak kita bahwa membuat kesalahan adalah hal yang wajar – dan begitu mereka nyaman dengan konsep ini, mereka akan cenderung merasa lebih bebas untuk mencoba tantangan-tantangan baru.
Bicarakan dengan anak/murid kita tentang ‘inner-voice’ dan ajarkan mereka untuk mengenali kapan apa yang mereka pikirkan tidak akan membantu mereka dan bagimana menganti pikiran tersebut dengan sesuatu yang positif (sebenarnya, ini adalah sesuatu yang banyak dari kita orang dewasa juga perlu lakukan!)
Ajarkan anak kita kata ajaib ‘belum sekarang’. Kata kecil ini dapat dengan drastis merubah kehidupan anak-anak – tiba-tiba saja, semua pikiran negatif tersebut, ‘Aku tidak bisa mengingkat tali sepatuku,’ atau, ‘Aku tidak bisa membaca,’ atau, ‘Aku tidak bisa berenang,’ menjadi, ‘Aku belum bisa mengikat tali sepatuku sekarang,’ dan, ‘Aku belum bisa membaca sekarang,’ dan, ‘Aku belum bisa berenang sekarang.” Penambahan kata ‘belum sekarang’ dengan efektif menawarkan jalan kedepan – ‘tidak, mungkin aku belum bisa melakukannya sekarang – TETAPI, dengan waktu, latihan dan usaha – di masa depan, aku akan mampu melakukan hal-hal ini!’
Yang terakhir, sebagai guru dan orang tua, berhati-hatilah terhadap cara kita memberikan pujian dan mendorong anak-anak kita. Jika kita dapat mengurangi memberikan pujian berdasarkan hasil yang mereka terima, dan lebih memilih untuk memuji usaha mereka dari pada hasil, kita memberikan pesan yang jelas kepada mereka – bahwa kesuksesan tergantung dari usaha mereka, keinginan mereka untuk mencoba hal-hal baru, keberanian mereka dalam mengakui bahwa kadang mereka membuat kesalahan, dan keteguhan mereka untuk belajar dari masalah masalah tersebut.
Pada dasarnya, kita akan mempersiapkan anak-anak kita untuk mencapai kesuksesan di masa ini dan yang akan datang dalam semua aspek kehidupan mereka dengan menunjukan bahwa merekalah yang menentukan bagaimana mereka ingin melihat dunia – apakah itu sebagai tempat yang penuh dengan masalah yang tak dapat terselasikan, atau tempat yang penuh dengan keajaiban dan kemungkinan tanpa batas.
Untuk dapat melakukan ini dengan baik, lihatlah bagaimana kita memandang dunia dan tempat kita di dunia. Tunjukanlah perilaku yang mau kita lihat dalam diri anak-anak kita. Tunjukan pada mereka keuntungan dari bekerja keras, mengenali dan belajar dari masalah, dan tunjukan pada mereka gairah untuk terus belajar. Terus dukung mereka, namun berikan mereka kesempatan untuk menjadi mandiri.
Pada akhirnya – tunjukan pada mereka kemampuan mereka sendiri!