Kita tahu bahwa membaca memiliki banyak manfaat baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Membaca buku, majalah, jurnal, dan surat kabar secara konstruktif dapat membantu mengembangkan imajinasi anak, dan juga dapat meningkatkan kesadaran mereka tentang apa yang terjadi di sekitar mereka. Karena itu, kita tentunya akan merasa prihatin ketika anak-anak yang dalam pengasuhan kita ini kehilangan minat membaca, lalu bukannya menikmatinya, mereka malah mulai menganggapnya membosankan atau menjadi sesuatu hal yang mereka dihindari.
Untuk orang tua dan guru – meyakinkan anak-anak tentang betapa menyenangkannya kegiatan membaca tidak selalu mudah. Kita tentulah ingin anak-anak kita suka membaca dan mau melakukannya tanpa dipaksa. Kita selalu mencoba melakukan yang terbaik untuk meningkatkan kebiasaan membaca anak-anak kita; namun, terkadang metode kita mungkin tidak seefektif yang kita inginkan, dan kenyataannya terkadang metode kita malah dapat menyebabkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan. Untuk mengatasi masalah ini, kita tentunya harus menggali lebih dalam.
Berikut adalah beberapa penyebab umum yang mempengaruhi mengapa seorang anak tidak suka membaca, juga beberapa solusi yang ‘semoga’ berguna.
1. Memilih buku yang tidak sesuai dengan selera anak:
Anda mungkin memiliki banyak buku di perpustakaan atau ruang kelas Anda, namun, jika tidak sesuai dengan selera anak-anak, buku-buku tersebut cenderung akan tetap berada di rak ketimbang dibaca anak-anak. Oleh karena itu, kita perlu meminta pendapat anak-anak kita tentang apa yang ingin mereka baca – tanyakan soal tema, karakter, atau genre. Jika mereka punya pilihan, mereka lebih mungkin terinspirasi untuk membaca!
2. Buku-buku yang memuat terlalu banyak kata:
“Saya lelah”. Ini adalah ungkapan yang sering saya dengar dari murid-murid saya ketika saya berusaha mendorong mereka untuk membaca, dan Anda mungkin pernah mendengar hal yang sama. Seringkali ‘kelelahan’ ini muncul karena teks atau buku yang anak-anak harus baca terlalu panjang dan padat – sehingga membaca menjadi ‘tugas’ yang tidak menyenangkan lagi bagi mereka.
Untuk menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut dan untuk membuat anak-anak tetap tertarik, dalam membaca teks yang panjang atau semacamnya, bacalah bagian demi bagian dalam bentuk segmen-segmen yang lebih kecil – waktu membaca yang teratur tetapi dengan jumlah lebih sedikit dapat membantu menjaga minat dan keterlibatan anak. Anda juga dapat mempertimbangkan untuk memilih cerita dengan gambar yang menarik untuk menyertai kata-kata, termasuk buku 3D atau pop-up, atau mencoba berbagai metode membaca – individu, kelompok, interaktif…
3. Tingkat kesulitan buku:
Jika teks terlalu rumit juga membutuhkan banyak waktu dan usaha untuk memahaminya, seorang anak dapat dengan cepat menjadi tidak tertarik. Demikian juga, jika teksnya terlalu sederhana, juga akan cenderung membosankan bagi anak-anak. Oleh karena itu, bagi orang tua dan guru, mengetahui bakat membaca dan tingkat keterampilan anak dalam membaca sangatlah penting! Kita harus bekerja sama untuk memastikan perpaduan yang tepat antara teks yang mudah atau yang sulit bagi anak untuk memastikan mereka tidak hanya menikmati tapi juga tingkat kesulitan bahan bacaan tersebut tetap ditingkatkan seiring berjalannya waktu untuk kesuksesan lebih lanjut.
4. Waktu menatap layar:
Bagi generasi saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa anggapan buku menjadi semakin kuno dan membosankan adalah benar adanya bagi mereka. Sementara banyak dari kita sebagai orang tua dan guru merasa sedikit takut akan dampak waktu menatap layar terlalu lama pada anak-anak kita ketika kita melihat mereka mulai tidak tertarik lagi dengan buku fisik dan lebih menggandrungi ‘buku elektronik’ yang penuh animasi, suara, dan aksi.
Namun kita harus menyadari bahwa Perangkat Elektronik akan tetap ada bahkan makin berkembang seiring jaman, suka tidak suka, waktu menatap layar dan membaca akan memiliki hubungan yang erat. Oleh karena itu mari kita ambil sisi baiknya ketimbang hanya bergelut dengan rasa takut, kita bisa mencari cara yang efektif agar waktu menatap layar anak-anak juga bisa sekaligus menjadi waktu membaca yang berguna bagi mereka.
Menumbuhkan kegemaran membaca anak memiliki banyak kesamaan dengan membudidayakan tanaman. Dalam berkebun, kita harus menabur benih dan menyiramnya setiap hari sampai tumbuh dan menjadi tanaman. Kemudian kita harus merawat tanaman itu sampai hasilnya bisa dipanen. Dalam kasus seorang anak, kita harus menabur benih hasrat untuk membaca pada mereka, dengan memaparkan mereka pada buku-buku yang menarik dan bagus sejak mereka lahir, dan memelihara hasrat ini sepanjang tahun-tahun pertumbuhan merek, dan dengan ini jadilah anak-anak kita generasi pecinta sastra.
Perlu diingat bahwa tujuan utama kita adalah agar kesenangan dan membaca berjalan beriringan!
Febrina Ramadhani
ICR Sukawangi, Bandung.
April 2022